(c) shutterstock.com
Hari ini sangat cerah, udara juga terasa sangat sejuk dan asri. Nina yang masih berusia 10 tahun dan ayahnya naik delman keliling perkotaan. Ia sangat senang dan bergembira hari itu,
Nina menikmati angin yang menerpa kulitnya, memandang langit yang jernih dan menikmati jalan-jalan bersama ayahnya. Sementara itu bersama mereka di dalam delman ada sepasang kakek nenek yang sepertinya kurang begitu bersemangat.
"Pak, itu ada sawah. Gunungnya juga besar, bagus," kata Nina pada ayahnya. Sang ayah hanya tersenyum melihatnya.
"Wuaaaahh.... Pak, ada gedung tinggi. Gagah sekali, ya?" pekik Nina lagi.
"Itu hotel, Non. Tempat bule-bule nginep," sahut Pak Delman. Sang ayah pun mengangguk. Sementara pasangan kakek nenek itu mulai nampak terganggu.
Nina tersenyum senang. Kemudian saat ia melihat barisan orang bersepeda, Nina kembali berseru, "Pak..Pak.. Ada orang main sepeda warna-warni. Pak, nanti aku belajar sepeda juga, ya?"
Merasa Nina terlalu berisik, si kakek menyahut, "Pak, anaknya diajari sopan santun dong. Ada orang lain kok teriak-teriak."
Sang istri pun menyahut ketus, "Iya. Kok ndeso banget sih baru lihat begitu saja. Kaya nggak pernah lihat gedung tinggi dan sawah."
Mendengar itu, Nina dan ayahnya agak terkejut. Namun sang ayah tersenyum dan meminta maaf. "Nuwun sewu, minta maaf kalau anak saya rame terus. Putri saya sudah sejak kecil buta. Ia baru saja punya mata baru dan keluar dari rumah sakit, jadi dia senang melihat semua ini. Maaf kalau mengganggu," jawabnya sambil tetap tersenyum.
Mendengar apa yang dikatakan sang ayah, kakek nenek itu terdiam. Mereka antara terenyuh dan merasa bersalah. Sementara Nina yang mendengar penjelasan ayahnya kembali tersenyum dan menikmati pemandangan sepanjang perjalanan.
Ladies, manusia kini cenderung untuk menilai dan menghakimi, tanpa mau lebih banyak mengamati, berpikir dan mendengarkan. Ketika mulut bicara, kita hanya mengutarakan apa yang kita lihat. Namun dengan banyak mengamati dan mendengarkan, akan ada banyak hal yang kita pelajari.
